BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setelah berabad-abad lamanya, orang Islam berhasil
menorah tinta emas dalam buku sejarah peradabanya, dalam ruang lingkup Dunia yang
tak tertandingi. Puncaknya pada masa bani Abbasiyah, Islam bak tinggi menjulang
kelangit bagi seluruh penguasa di Dunia. Maka tak heran bila pada masa itu
bermunculan keilmuan yang bermacam macam keluar dari perut islam. Kini kejayaan
itu rata dengan tanah, semuanya musnah. Kenyataan pahit itu harus dialamai kaum
muslimin lantaran banyak faktor yang dialami. Pertama faktor internal,
diantaranya, banyaknya perpecahan di dalam tubuh umat Islam itu sendiri,
kemudian perilaku suka berfoya-foya dan bermegah-megahan para penguasa terahir
masa Bani Abbasiyah. Sehingga tak jarang terjadi perang saudara dalam tubuh Islam
sendiri, demi merebutkan kekuasaan yang gemilang.
.
B.
Kerangka masalah:
1.
Bagaimana
sejarah peradaban islam pada masa dinasti-dinasti kecil dan masa kemunduran
peradaban Islam (1250-1500)?
2.
Bagaimana
sejarah Dinasti Il-khan, Dinasti Timur Lenk dan Dinasti Mamalik?
C.
Tujuan pembahasan:
1.
Untuk mengetahui
sejarah Islam pada masa dinasti-dinasti kecil dan masa kemunduran peradaban
Islam (1250-1500) (1250-1500)?
2.
Untuk mengetahui
sejarah Dinasti Il-khan, Dinasti Timur Lenk dan Dinasti Mamalik?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masa dinasti-dinasti kecil dan masa
kemunduran Islam (1250-1500)
Ketika membahas dinasti dinasti kecil
paska kemunduran umat Islam berarti yang dimaksud adalah pergeseran dinasti
dinasti kecil yang keluar dari tubuh bani Abbasiyah, lantaran kemajuan besar
yang telah dicapai oleh generasi sebelumnya mendorong para penguasa untuk hidup
mewah, bahkan cenderung mencolok. Kehidupan mewah khalifah ini ditiru oleh para
hartawan dan anak-anak pejabat. Kecenderungan bermewah-mewahan ditambah dengan
kelemahan Khalifah dan faktor lainnya menyebabkan roda pemerintahan terganggu
dan rakyat menjadi miskin. Dari dua belas khalifah pada periode kedua Bani Abbasiyah,
hanya empat orang yang wafat dengan wajar. Selebihnya kalau bukan dibunuh, mereka
diturunkan dari tahta dengan paksa.
Banyaknya konflik dalam Islam serta
ambisi para penguasa yang menginginkan membuat dinasti mandiri dan otonomi
sendiri tanpa campur tangan dari bani Abbasiyah. Ahirnya ketika tentara
khalifah melemah, di daerah-daerah muncul tokoh-tokoh kuat yang kemudian
memerdekakan diri dari pusat kekuasaan, mendirikan dinasti-dinasti kecil. Disisi
lain, tidak terasa bahwa di timur jauh yakni penduduk di daerah pegunungan
Mongolia telah berdiri kerajaan besar dan berkekuatan besar pula hendak
memporak-porandakan Baghdad. Dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari
kekuasaan Baghdad pada masa Kekhalifahan Abbasiyah seluruhnya berjumlah 26
dinasti.[1]
Dinasti dinasti kecil itu diantaranya:
1)
Dinasti
Idrisiyah (789-985 M.)
Munculnya Dinasti Idrisiyah murni
karena kekecewan kelompok Alawiyun terhadab Bani Abbasiyah yang menurut mereka
telah berhianat. Lantaran janji dari Bani Abbasiyah akan memberikan haknya yang
telah dirampas oleh Bani Umayyah. Namun setelah membantu membesarkan Bani Abbasiyah,
hak itupun belum dipenuhi. Ahirnya kelompok Alawiyun ini melakukan
pemberontakan beberapa kali. Namun malah membuat pemuka-pemuka mereka mati
terbunuh karena kala itu Bani Abbasiyah masih kuat. Dari beberapa kali
pemberontakan itu masih ada dua orang kelompok Alawiyun yang hidup karena bisa
melarikan diri, yakni Idris Ibnu Abdillah dan saudaranya Yahya Ibnu Abdillah.
Idris Ibnu Abdillah lari menuju
maroko dan membangun Dinasti yang disebut Dinasti Idrisiyah. Dia memilih di Maroko
sebab ada dua alasan yang melatar belakanginya. Pertama, bangsa Barbar di
Maroko menerima kehadiranya dengan tangan terbuka karena Idris Ibnu Abdillah
mempunyai garis keturunan dengan Rosululloh dan Ali. Di samping itu, karena
orang Barbar menganggap Bani Abbasiyah telah berbuat dlolim. Kedua, Maroko
sangat kondusif untuk mendirikan kekuasaan yang otonom.[2]
2)
Dinasti
Aghlabiyah (800-909)
Nama Dinasti Aglabiyah dinisbatkan
kepada Ibrohim Ibnu Al-Aghlab, seorang perwira dalam barisan tentara Bani
Abbasiyah. Yakni pada masa khalifah Harun Al-Rosid. Ketika adanya dua kekuatan
besar muncul dari bagian barat Afrika utara. Yakni kelompok Khowarij dan Bani
Idrisiyah yang beraliran Syi’ah. Oleh karena itu Harun Al-Rosid mengirimkan
tentara ke Ifriqiyah, yang dipimpin oleh Ibrohim Ibnu Al-Aghlab dan berhasil
memukul mundur kelompok Khowarij. Kemudian Ibrohim Ibnu Al-Aghlab mengajuakan
permintaan kepada kholifah Harun Al-Rosid untuk menghadiyahkan wilayah Ifriqiyah
kepadanya dan keturunannya secara permanen, atas cirri payahnya memukul mundur
kelompok Khowarij tersebut. Tak hanya itu saja, Ibrohim Ibnu Al-Aghlab juga
menjanjikan akan memberikan upeti ke Baghdad sebesar 40.000 dinar setiap
tahunya. Harun Al-Rosid ahirnya menyetujui permintaan Ibrohim Ibnu Al-Aghlab.
Tak hanya itu saja, selang satu tahun
Harun Al-Rosid juga memberikan hak otonom penuh kepada Ibrohim Ibnu Al-Aghlab
untuk mengatur wilayahnya dan kebijakan politinya tanpa campur tangan dari Bani
Abbasiyah. Kemudian Ibrohim Ibnu Al-Aghlab membina wilayahnya tersebut bersama
keturunannya dan ahirnya disebut dengan dinasti aghlabiyah, yang dinisbatkan
kepada Ibrohim Ibnu Al-Aghlab.[3]
3)
Dinasti
Thulunniyah (868-905)
Sejarah berdirinya Dinasti Thuluniyah
bermula dari penghianatan seorang budak yang dijadikan pengawal istana Al-Musta’in,
namanya Bayakbek. Pada saat terjadinya penggulingan kekuasaan oleh Al-Mu’tazz, Bayakbek
memilih bergabung dengan Al-Mu’taz dan bersama-sama Al-Mu’taz menggulingkan Al-Musta’in.
Setelah Al-Musta’in kalah, Al-Mu’taz memberikan jabatan tinggi kepada orang-orang
yang berjasa ketika penggulingan Al-Musta’in. Jadi, sudah barang tentu sang
budak Bayakbek, mendapatkan hadiyah dari Al-Mu’taz. Bayambek diberi kekuasaan
untuk memjadi gubernur di wilayah Mesir. Namun oleh Bayakbek jabatan itu
diberikan kepada anaknya, Ibnu Thulun. Ahirnya berdirilah Dinasti Thulunniyah.
Setelah itu, Dinasti Thulunniyah
melepaskan diri dari kekhalifahan Abbasiyah. Bahkan ia mampu menaklukkan Damaskus,
Homs, Hamat, Aleppo dan Antiokia.[4]
4)
Dinasti
Ikhsidiyah (935-969)
Dinasti ini muncul setelah hancurnya Dinasti
Thulunniyah, yang berpusat di Fustat. Pendiri Dinasti Ikhsidiyah adalah seorang
militer Turki yang telah lama mengabdikan dirinya kepada Bani Abbasiyah.
Namanya Muhammad Ibnu Tughji. Perjalanan keberhasilan Muhammad Ibnu Tughji ini
mirib dengan Ibrohim ibnu Al Aghlab. Yakni, karena keberhasilannya meredam
pemberontakan yang dilakukan oleh Dinasti Fatimiyyah di Mesir, maka dia diberi
gelar Al-Aikhsyid. Awalya dia juga gubernur yang berada di bawah payung Bani
Abbasyiah, kemudian mendapat semacam otonom husus yang ahirnya dikelola sendiri
bersama keluarganya.[5]
5)
Dinasti
Hamdaniyah (905-1004)
Dinasti Hamdaniyah adalah satu
satunya dinasti kecil yang mempunyai cabang, di Aleppo. Pusat dari Dinasti
Hamdaniyah adalah di Mousul.
Awalnya, gerakan keluarga Hamdani ini
muncul pada masa khalifah Al- Mu’tadhid dan sangat menentang kekhalifahan Bani
Abbasiyah. Karena kegagalannya menentang Bani Abbasyah, seluruh keluarganya
ditawan oleh Bani Abbasiyah. Kemudian seluruh keluarganya ditawan itu dikeluarkan
karena Al-Husain Ibnu Hamdan berhasil menangkap tokoh khowarij yang bernama
Harun Al-Syari. Tidak itu saja, dia juga diberi kekuasaan sebagai gubernur di Mousul.
Akan tetapi, kejayaan dinasti ini puncaknya ketika dipegang ke-dua anaknya,
Muhammad Al-Hasan Ibnu Abdulloh yang bergelar Nashir Al-Daulah yang berkuasa di
Mousul kemudian bisa mempunyai otonom sendiri dan yang satunya Abu Al-Mahasin Ibnu
Abdulloh berkuasa di Aleppo. Setelah itu dia juga dikenal sebagai pendiri Dinasti
Hamdaniyah di Aleppo.[6]
B.
Sejarah Dinasti Il-khan, Timur Lenk
dan Dinasti Mamalik
1.
Dinasti
Il-khan
Jatuhnya kota Baghdad ke tangan
bangsa Mongol bukan saja mengakhiri Khilafah Abbasiyah, tetapi juga merupakan
awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat
kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu
pengetahuan itu ikut pula lenyap oleh keganasan pasukan Mongol.
Awal berdirinya Dinasti Il-khan
adalah permulaan dimana bangsa mongol masuk pada paradaban Islam di baghdad. Bangsa
Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah
sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan
Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putra
kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku besar, Mongol dan
Tartar. Dan Il-Khan adalah keturunan Alanja Khan dari jalur Mongol. Yakni cucu
dari Timujin yang mendapat gelar Jengis Khan atau raja yang perkasa. Dia
mendapat gelar itu karena keberhasilannya yang luar biasa dan Dalam waktu 30
tahun, ia dapat memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol
dengan suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh.
[7]
Setelah Jengis Khan tewas, tahta
Mongol diteruskan oleh empat anaknya, yakni Juchi, Chagatai, Ogotai dan Tuli.
Dan setelah Tuli meninggal, tahta itu diteruskan anaknya, Hulagu Khan. Dari Hulagu
Khan inilah, awal permulaan Dinasti Il-khan. Artinya, dinasti il-khan sudah
berdiri sendiri dan bisa dikatakan beda dengan bangsa Mongol. Namun Dinasti
Il-khan adalah Dinasti yang keluar dari perut Mongol.
Pada tahun (1258), tentara Dinasti
Il-khan tiba disalah satu pintu Baghdad dengan berkekuatan 200 ribu orang
pasukan. Bani Abbasiyah yang pada waktu itu dikhalifahi oleh Al-Musta’in tidak
bisa menahan serangan Dinasti Il-khan ahirnya terjadilah Bagdad sebagai
keraajaan islam besar rata dengan tanah. Baghdad dan daerah-daerah yang
ditaklukan Hulagu selanjutnya diperintah oleh Dinasti Il-khan. Ilkhan adalah
gelar yang diberikan kepada Hulagu. Sebenarnya, faktor terbesar kekalahan bani
abbasiyah di tangan Dinasti Il-khan adalah penghianatan wazir Bani Abbasyah, Ibnu
Al-Qumi. Dan mengakibatkan Al-Musta’in mati saat perundingan yang disekenario
oleh Ibnu Al-Qumi. Ahirnya Bagdad benar-benar diratakan dengan tanah oleh Dinasti
Il-khan. Umat Islam, dengan demikian, dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja
yang beragama syamanisme (penyembah bintang-bintang dan sujud kepada Matahari yang
sedang terbit).
Meskipun Baghdad telah dihancurkan
oleh Hulagu Khan, ia menetap di Baghdad selama dua tahun, sebelum ia merambah
ke Mesir dan Syria. Pada tahun 1260 Hulagu Khan berhasil menduduki Nablus dan Gaza.
Panglima Dinasti Il-khan, Kitbugho mengirim
utusan kepada raja di Mesir, supaya rajanya yang bernama Qutuz menyerah. Namun
di Mesir sang utusan mendapat sambutan hangat dan tak terduga, dari Qutuz. Utusan
itu dibunuh yang ahirnya menjadi penyebab kemarahan Dinasti Il-khan. Puncak
dari perhelatan Dinasti Il-khan dan bangsa Mesir ketika Kitbugho melintasi Yordania
menuju Galilia, 3 September 1260 di ‘Ain Jalut. Bangsa Mesir yang dipimpin
langsung oleh Qutuz dan Baybras berhasil memukul mundur Dinasti Il-khan.
Daerah yang dikuasai Dinasti Il-khan terletak
antara Asia kecil di barat dan India di timur dengan ibu kota Tabriz.[8]
Demikianlah kondisi dunia Arab,
terutama Baghdad dan sebagian besar derah-daerah kerajan Islam lainnya dikuasi
oleh bangsa Mongolia selama kurang lebih 85 tahun dibawah perintah Dinasti
Il-khan, yang tentunya kehadiran mereka lebih banyak membawa kehancuran dan
kemunduran dunia Islam.
Hulagu Khan meninggal tahun 1265 M
dan diganti oleh anaknya, Abaga (1265-1282 M) yang masuk Kristen. Baru rajanya
yang ketiga, Ahmad Teguder (1282-1284M), yang masuk Islam. Karena masuk Islam,
Ahmad Teguder ditantang oleh pembesar- pembesar kerajaan yang lain. Akhimya, ia
ditangkap dan dibunuh oleh Arghun (1284-1291 M) yang kemudian menggantikannya
menjadi raja. Raja dinasti Il-khan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat
Islam. Banyak di antara mereka yang dibunuh dan diusir .
Selain Teguder, Mahmud Ghazan (
1295-1304 M), raja yang ketujuh, dan raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama
Islam. Dengan masuk Islamnya Mahmud Ghazan, Islam meraih kemenangan yang sangat
besar terhadap agama Syamanisme. Sejak itu pula orang-orang Persia mendapatkan
kemerdekaannya kembali .
Berbeda dengan raja-raja sebelumnya,
Ghazan mulai memperhatikan perkembangan peradaban. la seorang pelindung ilmu
pengetahuan dan sastra. la amat gemar kepada kesenian terutama arsitektur dan
ilmu pengetahuan alam seperti Astronomi, Kimia, Mineralogi, Metalurgi dan Botani.
la membangun semacam biara untuk para darwis, perguruan tinggi untuk Mazhab Syafi'i
dan Hanafi, sebuah Perpustakaan, Observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya.
la wafat dalam usia muda, 32 tahun, dan digantikan oleh Muhammad Khudabanda
Uljeitu (1304-1317 M), seorang penganut syi'ah yang ekstrim. la mendirikan kota
raja Sultaniyah, dekat Zanjan. Pada masa pemerintahan Abu Sa'id (1317-1335 M),
pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat
menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka.
Kerajaan Il-khan yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu
Sa'id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka semua
ditaklukkan oleh Timur Lenk.
Kurun raja Dinasti Il-khan[9]
|
9. Abu Sa' id ( 1317-1335 M) |
|
10. Arpa (1335
M) |
|
11. Musa (1336
M) |
|
12. Muhammad (1336-1337
M) |
|
13. Ali (1337 M) |
|
14. Jahar Timur(
1338-1339 M) |
|
15. Sati Bek (
1338-1340 M) |
|
16. Sulaiman (
1339-1343 M) |
2.
Dinasti
timur lenk (1336-1404)
Timur lenk, nama yang tak sing lagi di
telinga ketika membahas kemunduran peradapan umat islam. Dia salah satu
pemimpin paling brutal. Lantaran di tangannyalah kebesaran islam runtuh rata
dengan tanah. Timur Lenk juga dikenal dengan nama Tamerlane (Bahasa Turki
Chagatai: Tēmōr yang berarti "besi"), juga dikenal sebagai
Temur, Timur Lenk, Taimur, atau Timur i Leng, yang artinya Timur si Pincang,
karena kaki kirinya yang pincang sejak lahir. Konon ia penganut Syi’ah yang
ta’at dan menyukai tarekat Naqsyabandiyah. Dalam setiap perjalanannya ia selalu
mengikutsertakan para ulama, sastrawan dan seniman. Ia sangat menghormati para
ulama. Ketika ia berusaha menaklukkan Syria utara, ia menerima dengan hormat
sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sulthan Faraj untuk membicarakan
perdamaian.[10] Timur
lenk adalah seorang turki dari lembah Sry yang dibesarkan di Negara mongol
Chghaytay di Samarkand.[11]
Timur lenk adalah keturunan mongol yang memeluk agama islam, ayahnya bernama
Taragai, seorang kepala suku Barlas di wilayah Uzbekistan. Lahir pada 8 april
1336 M. sejak usia 12 tahun ia sudah terlibat dalam medan perang. Setelah
ayahnya tewas, dia bergabung dengan pasukan gubernur Tansoxiana.[12]
Sekalipun timor lenk beragama islam, namun pandangnnya tentang islam fanatik,
kejam dan keras. Dia juga memutuskan
hubungannya dengan ulama’ konservatif (kolot) dan doktrin kasih sayang sufi.
Dia mengaku bahwa dirinya dikirim oleh Alloh untuk menghukum para Amir yang
dlolim. Tujuanya adalah membentuk tatanan pemerintahan yang bersih dari korupsi.[13]
Dunia ketenteraan merupakan pilihan
hidupnya, lalu dia pun bergabung sebagai tentera dengan penguasa tempatan, Amir
Husein. Pada 1360 M, Timur telah menjadi seorang pemimpin tentera yang mashyur.
Timur dikenali sebagai panglima yang gigih dalam mempertahankan wilayahnya dari
ancaman Tughluq Timur Khan, penguasa Dinasti Chagatai. Ketangkasan dan
kehebatannya membuatkan penguasa Dinasti Chagatai bergidik. Tuglaq lalu
menawarkan sebuah jabatan kepada Timur yaitu menjadi pembantu utama (wazir)
Gubernur Samarkand, Ilyas. Timur pun menerima tawaran itu. Bersama Amir Husein,
Timur lalu melakukan pemberontakan dan mengalahkan pasukan Tuglaq Timur Khan
hingga membuat Dinasti Chagatai hancur binasa. Kemudian ia bersekongkol dengan
iparnya amir Husain, untuk memberontak kepemimpinan thuglugh. Pada 10 april
1370, penyerbuan yang berhasil menewaskan tuglugh. Kemudian dia juga membunuh
iparnya, amir husen. Ahirnya si timor pincang memproklamirkan dirinya sebagai
pemimpin tunggal.[14]
Timur Lenk berencana untuk menaklukkan
daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Jengiskhan. Ia berkata : “Sebagaiamana
hanya ada satu Tuhan di alam ini , maka di bumi seharusnya hanya ada seorang
raja.”Pada tahun 1381 M. ia menaklukkan Khurasan, terus ke Afganistan, Persia,
Fars dan Kurdistan.
Di setiap negeri yang ditaklukkannya
ia mengadakan pembantaian besar-besaran terhadap siapa saja yang menghalangi
rencananya, misalnya di Afganistan ia membangun menara yang disusun dari 2000
mayat yang dibalut dengan batu dan tanah liat. Di Aleppo, Syria ia membangun
menara dari 20 ribu kepala manusia yang sudah dipisahkan dari badannya. Di
Bagdad, 20 ribu kepala penduduk dibantainya. Di India ia membantai lebih dari
80 ribu tawanan. Di Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur
hidup-hidup. Pada tahun 1401 M. ia memasuki daerah Syria bagian utara.[15]
Si timur pincang itu juga menggempur
kesultanan usmani di Turki yang dipimpin langsung oleh bayazid, dan bayazid
mati sebagai tawanan timur, serta kesultanan mamluk di Mesir juga tak luput
dari keganasannya. Namun, seperti yang terjadi saat menghadang pasukan halagu,
mesir ahirnya selamat dari kebringasan si pincang. Sekolah dan masjid di
sekitar Irak dihancurkan. Masjid Umayah di Damaskus dihancurkan hingga tinggal
dindingnya. Si pincang benar-benar menghancurkan peradaban umat islam secara
total. Bagdad belum benar benar pulih dari serangan Hulagu, kini remuk kembali
oleh kebiadaban si pincang.[16]
Setelah wilayah asia barat dan asia
tengah rata dengan tanah, kini Timur Lenk kembali ke Samarkhand. Ia berencana
mengadakan invasi (penyerbuan) ke Cina, Namun di tengah perjalanan ia menderita
sakit yang membawa kepada kematiannya padda tahun 1404 tepat pada usia 71
tahun.[17]
Setelah kematian timur, dua orang
anaknya, Muhammad jehanekir dan kholil saling berebut kursi ayahnya. Terjadilah
perang saudara yang hebat sekali dan dimenangkan oleh kholil (1404-1404). Namun
kepemimpinan kholil tidak lama, lantaran dikudeta (perebutan kekuasaan dengan
kekerasan) oleh saudaranya yang lain, Syah ruhk (1404-1447). Setelah syah ruhk
meninggal digantikan oleh anaknya Ulugh bay (1447-1449). Dan pada masa 1469
kekuasaan Negara timur lenk ambruk tak tersisa.[18]
3.
Dinasti
mamalik
Satu-satunya negeri Islam yang
selamat dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol ini adalah Mesir yang
ketika itu dipimpin oleh dinasti Mamalik.
Sultan al-Malik al-Salih (1240 M-1249
M) menempatkan para budak tersebut pada kelompok tersendiri yang terpisah dari
masyarakat. Mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya.
Pada masa kekuasaannya, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam karier
ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan material . Pada umumnya mereka berasal
dari daerah Kaukasus dan Laut Kaspia, yaitu daerah pegunungan yang terletak di
daerah perbatasan Rusia dan Turki. Mereka dibawa ke Baghdad, Istanbul dan
Mesir. Di Mesir mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil untuk
menjalani latihan militer dan keagamaan. Karena itulah, mereka dikenal dengan
julukan Mameluk Bahri (bahr artinya laut). Saingan mereka dalam ketentaraan
pada masa itu adalah tentara yang berasal dari suku Syirkasiah yang didatangkan
oleh Sultan Qalawun (1279-1290) ketika dirasa para Mamluk Bahri akan dapat
mengancam kekuasaannya dan kemudian mereka ditempatkan di menara-menara benteng
dan akhirnya dijuluki dengan Mamluk Burji (buruj artinya menara).[19]
Pada masa al-Malik al-Salih berkuasa,
para budak itu secara bergelombang didatangkan untuk dapat mempertahankan
kekuasaannya dari segala rongrongan yang dapat mengganggu tampuk kekuasaannya.
Oleh karena itu mereka secara simultan dapat membangun solidaritas yang tinggi
bagi kelangsungan kekuasaan mereka kelak jika terjadi pergantian kepemimpinan
sultan (suksesi), terlebih mereka seringkali ditakutkan dengan kehadiran suku
kurdi yang dipercaya sebagai tentara pengaman Sultan al-Malik al-Kamil.[20]
Ketika al-Malik al-Salih meninggal
(1249 M), anaknya, Ghiyats al-Din Turansyah, naik tahta sebagai Sultan.
Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat kepada tentara
asal Kurdi daripada mereka. Kondisi ini mendorong para mamluk untuk melakukan
kudeta dan akhirnya pada tahun 1250 M Mamalik di bawah pimpinan Izzudin Aybak
dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Istri al-Malik al-Salih, Syajarah
al-Durr bin Abdullah (Ummu Khalil), seorang yang juga berasal dari kalangan
Mamalik berusaha mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepakatan
golongan Mamalik itu. Kepemimpinan Syajarah al-Durr berlangsung sekitar tiga
bulan. Ia kemudian kawin dengan seorang tokoh Mamalik bernama Izzudin Aybak
(649 H) dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap dapat
terus berkuasa di belakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu Aybak membunuh
Syajarah al-Durr dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Setelah
lima hari berkuasa dan dinobatkan sebagai raja baru menggantikan Turansah,
Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa Ayyubiyah bernama Mudzofar al-Din
Musa yang masih berumur 10 tahun-an sebagai ”Sultan Syar’i” (formal) disamping
dirinya yang bertindak sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, Musa akhirnya
dibunuh oleh Aybak. Ini merupakan akhir dari dinasti Ayyubiyah di Mesir dan
awal dari kekuasaan dinasti Mamalik.[21]
Aybak berkuasa selama tujuh tahun
(1250-1257 M). Setelah meninggal ia digantikan oleh anaknya, ”al-Malik
al-Manshur” Nurudin Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian mengundurkan diri
pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, ”al-Malik al-Mudzaffar”
Saifudin Qutuz. Setelah Qutuz naik tahta, Ruknuddin Baybars yang mengasingkan
diri ke Syria karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir.
Di awal tahun 1260 M Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil
menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di Ayn Jalut, dan
pada tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz dan
Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas tentara
Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan umat
Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa di Syria segera menyatakan setia kepada
penguasa Mamalik .[22]
Pada perjalanan pulang dari Damaskus
menuju ke Mesir, di daerah antara Ghazaliyah dan Shalihiyah, pada akhir bulan
Dzul Qa’dah, beberapa pemimpin daerah tersebut berkonspirasi dengan Baybar
untuk membunuh Qutuz. Dan mereka pun berhasil membunuhnya. Kemudian Baybars
al-Bandaqdari, diangkat oleh pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M) yang
diberi gelar “al-malik al-Dzahir” . Ia adalah sultan terbesar dan termasyhur
diantara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun hakiki
dinasti mamalik.
Sejarah dinasti Mamalik ini berakhir
pada tahun 1517 M dikalahkan oleh Kerajaan Turki Usmani. Dinasti ini secara
keseluruhan dibagi menjadi dua periode; Pertama, periode kekuasaan Mamluk
Bahri, sejak berdirinya (1250 M) sampai berakhirnya pemerintahan Hajji II tahun
1389 M dan hamper setengah abad berkuasa di Mesir dan melahirkan 24 Sultan.
Kedua periode kekuasaan Mamluk Burji, sejak berkuasanya Burquq untuk kedua
kalinya tahun 1389 M sampai kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan Usmani tahun
1517 M dan berhasil melahirkan 23 sultan .[23]
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Sejarah benar benar membuktikan bahwa
peradaban umat islam mulai dari zaman nabi hingga sekarang terjadi pasang surut
kejayaan. Adalah paling mengerikan Islam di dalam perjalanan antara tahun 1250-1500.
Secara lebih detail, Karen Arnstrong
dalam Islam A short History membagi perjalanan yang telah dilalui umat Islam
dalam tiga periode. Pertama periode klasik (650-1250 M), kedua periode
pertengahan (1250-1800) M, dan ketiga, periode modern (1800 M – sekarang).
Pembagian ini didasarkan pada masa
kemajuan Islam dan pencapaian puncak peradaban dunia. Periode klasik disebut
sebagai masa kemajuan Islam pertama yang direpresentasikan oleh kesatuan
khilafah islamiyah yang mencapai puncaknya pada awal-awal khilafah Bani
Abbasiyah. Periode pertengahan disebut sebagai masa kemajuan Islam kedua yang
direpresentasikan oleh tiga kerajaan besar Islam: Utsmani di Turki, Mughal di
India dan Safawi di Persia.
Period Modern adalah periode di mana
umat Islam seperti yang dijanjikan Rasulullah, akan kembali kepada Khilafah
‘alaa Manhaj An-Nubuwah yang sampai saat ini masih dalam proses embriotiknya.
- Saran Kajian
Banyak sekali berita yang belum kami
peroleh dari kajian ini, terutama peradaban islam dalam khazanah keilmuan. Dan
para pakar dikala itu, dimana mereka? Bagaimana sikap mereka? Dan bagaimana
menurut mereka, menanggapai perhelatan dalam tubuh islam sendiri. Dipungkiri
atau tidak, sejarah telah berbicara dari seluruh kejadian. Setidaknya kita bisa
mengambil hikmah dari semua perjalan yang panjang itu.
DAFTAR RUJUKAN
Fu’adi, Imam, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta:
Sukses Offset, 2011.
Armstrong, Karen, Islam A short History,
diterjemahkan oleh: Ira Puspita Sari, Sepintas Sejarah Islam, Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002.
Badri, Yatim, Sejarah peradaban Islam, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Tim Saluran Teologi Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan,
lirboyo: Tamatan Aliyah Lirboyo, 2005.
Hasan ,Wildan, Dinasti-Mamalik, diakses dalam
http://wildanhasan.blogspot.com/2009/05/dinasti-mamalik.html
http://isfanl.blogspot.com/2012/02/sejarah-perkembangan-islam-pada-abad.html
http://www.islamedia.web.id/2011/09/pasang-surut-peradaban-islam.html
[1] http://www.islamedia.web.id/2011/09/pasang-surut-peradaban-islam.html(Pukul:
20.00, Tanggal: 06-10-2012)
[2] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Sukses
Offset, 2011), Hlm: 155
[3] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban …..156
[4] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban …..155
[5] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban …. 155
[6] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban ….. 155
[7] Yatim Badri, Sejarah peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008), Hlm: 112
[8] http://www.islamedia.web.id/2011/09/pasang-surut-peradaban-islam.html(Pukul:
20.00, Tanggal: 06-10-2012)
[9] Yatim Badri, Sejarah peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008), Hlm: 112
[10] Tim Saluran Teologi Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan (lirboyo:
Tamatan Aliyah Lirboyo, 2005), Hlm:133
[11] Karen Armstrong, Islam A short History (diterjemahkan oleh:
Ira Puspita Sari), Sepintas Sejarah Islam (Yogyakarta: Ikon Teralitera,
2002), Hlm: 127
[12] Tim Saluran Teologi Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan …..136
[13] Karen Armstrong, Islam A short History …127
[14] Tim Saluran Teologi Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan …..133
[15] http://isfanl.blogspot.com/2012/02/sejarah-perkembangan-islam-pada-abad.html
(pukul: 20:00, Tanggal: 06-10-2012)
[16] Tim Saluran Teologi Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan …..133
[17] http://isfanl.blogspot.com/2012/02/sejarah-perkembangan-islam-pada-abad.html
(Pukul: 20.00, Tanggal: 06-10-2012)
[18] Tim Saluran Teologi Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan …..134
[19] Yatim Badri, Sejarah peradaban Islam ….. 112
[20] http://wildanhasan.blogspot.com/2009/05/dinasti-mamalik.html(Pukul:
20.00, Tanggal: 06-10-2012)
[21] Yatim Badri, Sejarah peradaban Islam …. 125
[22] Yatim Badri, Sejarah peradaban Islam …. 125
[23] http://wildanhasan.blogspot.com/2009/05/dinasti-mamalik.html(Pukul:
20.00, Tanggal: 06-10-2012)
0 komentar:
Posting Komentar