KAIFA WA KAIFA
DENGAN QOUM HAWA,,,???
السلام عليكم ورحمة الله
وبركاتة
Qoum hawa , istilah ini sangat erat
sekali dengan wanita karena hawa adalah wanita pertama kali yang meletakkan
kakinya dibumi ini. Dan beliau haid pertama kali pada hari selasa.
Wanita sholehah adalah sosok makhluk
yang tinggi derajatnya di sisi Alloh swt. Bahkan dalam keluarga sebagai ibu, ia
harus lebih dimuliakan oleh anak dibanding ayah. Namun dalam perjalanan awalnya
ia selalu disingkirkan, baik dalam kedudukannya dalam keluarga maupun
masyarakat lebih-lebih pada masa jahiliyah.
Ia tidak hanya dikucilkan, akan tetapi juga diperlakukan secara tidak
manusiawi. Namun dengan datang dan berkembangnya agama islam hal itu lambat
laun terkikis.
Dengan tanpa mengabaikan kodrat
kewanitaannya wanita menjadi sosok sentral yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Karena ia bersentuhan langsung dengan pendidikan anak semenjak
bayi. Sehingga maju dan berkembangnya pendidikan anak sangat dipengaruhi oleh
kiprahnya.
Dengan demikian tidak ada alasan bagi
wanita untuk tidak bersungguh-sungguh dalam membekali dirinya dengan ilmu
terutama yang berkaitan langsung dengan dirinya dalam upaya menjaga
kelangsungan hubungan yang sesuai dengan aturan syara’. Baik dengan anak,
keluarga, masyarakat dan utamanya kepada Alloh swt.
Maka ia harus mempelajari ilmu-ilmu yang
berkaitan langsung dengannya Semisal haidl, nifas, istihadloh dan tat cara
bersuci.
حواشي الشرواني والعبادي - (1 / 414)
خاتمة: يجب على المرأة تعلم ما تحتاج
إليه من أحكام الحيض والاستحاضة والنفاس فإن كان زوجها عالما لزمه تعليمها وإلا
فلها الخروج لسؤال العلماء بل يجب ويحرم عليه منعها إلا أن يسأل هو ويخبرها
فتستغني بذلك وليس لها الخروج إلى مجلس ذكر أو تعلم خير إلا برضاه وإذا انقطع دم
النفاس أو الحيض واغتسلت أو تيممت حيث يشرع لها التيمم فللزوج أن يطأها في الحال
من غير كراهة فإن خافت عود الدم استحب له التوقف في الوطئ احتياطا مغني ونهاية
Maka sudah harga mati bagi wanita
untuk belajar fan ini, karna jika tidak mau belajar maka mau tak mau ia harus
masuk golongan 8 hayawan yang juga mengalami haid. Sehingga sangat tepatlah
jika ia mempelajari haidl, nifas, istihadloh yang disuguhkan dalam buku ini,
dan semua itu semata-mata untuk melaksanakan kewajiban beribadah kepada Alloh
swt., sebagai seorang hamba. Semoga.
والسلام عليكم ورحمة الله
وبركاتة
BAB I
HAIDL
I. Dalil Haidl
Haidl adalah kodrat wanita yang
tidak bisa dihindari dan sangat erat kaitannya dengan ibadahnya sehari hari.
Alloh berfirman dalam
ويسالونك عن المحيض قل هو
اذى فاعتزلوا النساء فى المحيض ولا تقربوهن حتى يطهرن فاذا تطهرن فأتوهن من حيث
أمركم الله إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين (البقرة 222) |
Artinya: “mereka bertanya kepadamu tentang
haidl katakan haidl adalah suatu kotoran, oleh sebab itu hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haidl dan janganlah kamu mendekati
mereka sebelum mereka suci apabila mereka telah suci maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Alloh kepadamu sesungguhnya Alloh menyukai
orang-orang yang mensucikan diri”. |
Dan hadits nabi :
هذا
شىء كتبه الله بنات أدم (متفق عليه) |
Artinya :
ini (haidl) merupakan sesuatu yang telah ditaqdirkan Alloh kepada cucu-cucu
wanita Adam (HR Bukhari dan muslim) |
Pengertian Haidl
Haidl
atau yang di sebut dengan menstruasi secara bahasa berarti mengalir, sedangkan
menurut arti syara’ haidl adalah darah yang keluar dari rahim wanita melalui
alat kelamin wanita yang sudah mencapai usia 9 tahun kurang 16 hari kurang
sedikit “tdak sampai genap 16 hari” /(usia 8 tahun 11 bulan 14 hari lebih
sedikit ) dan keluar Secara alami bukan disebabkan melahirkan atau suatu
penyakit pada rahim.
Dengan
demikian darah yang keluar ketika wanita belum berumur 9 tahun kurang 16 hari
kurang sedikit atau disebabkan penyakit ataupun disebabkan melahirkan, tidak
dinamakan darah haidl
فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب
- (1 / 25)
(ويخرج من الفرج ثلاثة دماء دم الحيض
والنفاس والاستحاضة فالحيض هو الدم الخارج) في سن الحيض وهو تسع سنين فأكثر من فرج
المرأة على سبيل الصحة أي لا لعلة بل للجبلة (من غير سبب الولادة) وقوله (ولونه
أسود محتدم لذاع) ليس في أكثر نسخ المتن، وفي الصحاح احتدم الدم اشتدت حمرته حتى
اسود، ولذعته النار حتى أحرقته (والنفاس هو الدم الخارج عقب الولادة) فالخارج مع
الولد أو قبله لا يسمى نفاساً وزيادة الياء في عقب لغة قليلة، والأكثر حذفها
(والاستحاضة) أي دمها (هو الدم الخارج في غير أيام الحيض والنفاس) لا على سبيل
الصحة
Untuk
penghitungan dalam fan ini mutlaq memakai qomariyah bukan masehi karna
banyaknya terdapat selisih antara keduanya yakni : 87 hari 1 jam 36 menit
Tahun Hijriyah
dalam 1 tahun = 354 hari 8 jam 48 menit.
Tahu Masehi
dalam 1 tahun = 355 hari 6 jam.
Maka 1
tahun selisihnya ± 10 hari 21 jam 12 menit
Imkan
haid dalam hitungan masehi taqriban = 8
tahun 251 hari ( 9 tahun kurang 114 hari )
Jadi jika dihitung dengan memakai kalender masehi mka wanita
yang sudah berumur lebih 8 tahun 251 hari (8 tahun, 8 bulan, 7 hari, 19 jam, 13
menit).
Usia 9 tahun dihitung berdasarkan tahun Qamariyah (hijriyah),
bukan tahun Masehi.
1 Tahun Hijriyah : 354 hari, 8 jam,
45 menit
1 Tahun masehi : 365 hari, 6 jam. Jadi…..
9 Tahun Hijriyah = 8 tahun Masehi, 8 bulan, 23 hari, 19 jam,
12 menit (masuk umur Haid : 8 tahun
masehi, 8 bulan, 7 hari,
19 jam, 13 menit)
15 Tahun Hijriyah = 14 tahun Masehi, 6 bulan, 19 hari, 9 jam
(sudah baligh
Hukum belajar ilmu
haidl
- Fardlu 'ain atas wanita yang sudah
baligh
- Fardlu kifayah atas orang laki-laki
Tanda-Tanda Baligh
Seorang anak dihukumi baligh apabila sudah
memenuhi salah satu dari 4 tanda di bawah ini
- Genap berumur 15 tahun Hijriah bagi
laki-laki atau perempuan bila tidak mengeluarkan mani atau darah haid.
Atau 14 tahun 6 bulan 19 hari 9 jam dalam tahun masehi.
- Keluar sperma pada usia
minimal 9 tahun Hijriah, bagi laki-laki atau perempuan. Atau 8 tahun, 8
bulan, 7 hari, 19 jam, 13 menit masehi.
- Haidl.
- Hamil/melahirkan..
حاشية الجمل - (2 / 361(
(
فَرْعٌ )
إمْكَانُ إنْزَالِهَا كَإِمْكَانِ حَيْضِهَا ، وَقَدْ عَلِمْته بِخِلَافِ إمْكَانِ
إنْزَالِ الصَّبِيِّ ، فَإِنَّ التِّسْعَ فِيهِ تَحْدِيدِيَّةٌ فَلَا بُدَّ مِنْ
تَمَامِهَا لِحَرَارَةِ طَبْعِهَا كَذَا قِيلَ وَالْمُعْتَمَدُ أَنَّ إنْزَالَهَا
كَإِنْزَالِهِ ا هـ ح ل وَمِثْلُهُ شَرْحُ م ر فَلَوْ رَأَتْ الْمَنِيَّ قَبْلَ
تَمَامِ التِّسْعِ فَلَا يَكُونُ مَنِيًّا وَلَا يُحْكَمُ بِبُلُوغِهَا عَلَى
الْمُعْتَمَدِ ؛ لِأَنَّهُ تَحْدِيدٌ وَلَا فَرْق فِيهِ بَيْنَ الصَّبِيِّ
وَالصَّبِيَّةِ بِخِلَافِ الْحَيْضِ فَهُوَ تَقْرِيبٌ وَهَذَا مَا اعْتَمَدَهُ
الرَّمْلِيُّ فِي بَابِ الْحَجْرِ ، وَإِنْ خَالَفَهُ هُنَا ا هـ
Batas Usia Wanita
Haidl
Batas
maksimal haid tidak ada batasan, namun riset ulamak kebanyakan wanita mengalami
luas (manopause)
itu 62 tahun.
حاشية الجمل - (2 / 359)
وَلَا حَدَّ لِأَكْثَرِهِ بَلْ هُوَ
مُمْكِنٌ مَا دَامَتْ الْمَرْأَةُ حَيَّةً ا هـ ح ل
Minimal
usia wanita mengeluarkan darah disebut darah haidl adalah 9 tahun qomariyah
kurang 16 hari kurang sedikit, yaitu kurangnya waktu yang cukup untuk minimal
suci dan minimal haidl. Sehingga jika ia mengeluarkan darah kurang dari usia
tersebut, maka darah yang keluar tidak disebut darah haidl namun disebut darah istihadloh
(penyakit).
Bila darah yang keluar sebagian
pada usia haidl dan sebagian pada sebelum usia haidl, maka darah yang dihukumi
haidl hanyalah darah yang keluar pada usia haidl.
Contoh:
wanita usianya 9 tahun kurang 20 hari, mengeluarkan darah selama 10 hari, maka
darah yang 4 hari pertama lebih sedikit dihukumi istihadloh, sedangkan yang 6
hari kurang sedikit dihukumi darah haidl.
Ketentuan darah
haidl
Darah yang keluar dihukumi
darah haidl apabila memenuhi 4 syarat:
- Keluar dari wanita yang usianya
minimal 9 tahun kurang 16 hari kurang sedikit.
فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب
- (1 / 25)
(وأقل زمن تحيض فيه المرأة) وفي بعض النسخ الجارية (تسع سنين)
قمرية فلو رأته قبل تمام التسع بزمن يضيق عن حيض وطهر، فهو حيض وإلا فلا
- Darah yang keluar minimal sehari
semalam jika keluar terus menerus, atau berjumlah 24 jam jika keluar
terputus putus dan masih pada waktu 15 hari dari keluarnya darah yang
pertama.
فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب
- (1 / 25)
(وأقل الحيض) زمناً (يوم وليلة) أي مقدار ذلك وهو أربعة وعشرون
ساعة على الاتصال المعتاد في الحيض (وأكثره خمسة عشر يوماً) بلياليها فإن زاد عليها
فهو استحاضة (وغالبه ست أو سبع) والمعتمد في ذلك الاستقراء
Dan jika
ragu apakah sudah melebihi 24 jam atau belum maka dihukumi haid.
حاشية الجمل - (2 / 402)
وَأَمَّا إذَا شَكَّتْ فِي أَنَّهُ
يَبْلُغُ ذَلِكَ فَهَلْ يُحْكَمُ عَلَيْهِ بِأَنَّهُ حَيْضٌ ؛ لِأَنَّهُ الْأَصْلُ
فِيمَا تَرَاهُ أَوْ لَا فِيهِ نَظَرٌ وَالْأَقْرَبُ الْأَوَّلُ ؛ لِأَنَّهُمْ
صَرَّحُوا بِأَنَّهُ يُحْكَمُ عَلَى مَا تَرَاهُ الْمَرْأَةُ أَنَّهُ حَيْضٌ
فَيُؤْخَذُ مِنْ كَلَامِهِمْ أَنَّ الْمَشْكُوكَ فِيهِ حَيْضٌ حَتَّى يَتَحَقَّقَ
مَا يَمْنَعُهُ فَلَا تَقْضِي مَا فَاتَهَا فِيهِ مِنْ الصَّلَوَاتِ وَيُحْكَمُ
بِانْقِضَاءِ عِدَّتِهَا بِسَبَبِهِ وَيَقَعُ الطَّلَاقُ الْمُعَلَّقُ بِهِ إلَى
غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ الْأَحْكَامِ ثُمَّ رَأَيْت م ر صَرَّحَ بِذَلِكَ فِي بَابِ
الْعَدَدِ ا هـ ع ش
- Tidak lebih 15 hari 15 malam jika
keluar terus menerus.
- Keluar setelah masa minimal suci,
yakni 15 hari 15 malam dari haidl sebelumnya.
Dari
keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa: Minimal keluarnya haidl adalah
sehari semalam. Maksimal keluarnya haidl adalah 15 hari 15 malam. Pada umumnya
wanita setiap bulan mengeluarkan darah 6 atau 7 hari baik terus menerus atau
putus putus. Paling sedikit jarak waktu yang memisah antara satu haidl dengan
haidl sebelumnya adalah 15 hari 15 malam. Maka semuanya dihukumi haidl termasuk
masa berhenti di antara dua darah tersebut.
Jika
masa pemisah kurang dari 15 hari, maka perinciannya sebagai berikut:
a. Bila darah
pertama dan kedua masih dalam rangkaian 15 hari terhitung dari permulaan
keluarnya darah pertama maka semuanya dihukumi haidl termasuk masa berhenti di
antara dua darah tersebut.
Contoh
1:
Keluar
darah selama 3 hari.
Berhenti
selama 3 hari.
Keluar
lagi selama 5 hari.
Contoh
2:
Keluar
darah selama 2 hari.
Berhenti
selama 10 hari.
Keluar
lagi selama 3 hari.
Dari kedua contoh di atas, keseluruhan hari,
termasuk waktu tidak keluar darah dihukumi haidl, sebab semuanya masih dalam
masa maksimal haidl (15 hari).
b. Bila darah
kedua sudah di luar rangkaian masa 15 hari dari permulaan haidl pertama (jumlah
masa pemisah ditambah dengan darah pertama tidak kurang dari 15 hari),
sementara jumlah masa pemisah ditambah darah kedua tidak lebih 15 hari, maka
darah kedua dihukumi darah fasad (kotor).
Contoh 1:
Keluar
darah pertama selama 3 hari.
Berhenti
selama 12 hari.
Keluar
darah kedua selama 3 hari.
Maka 3
hari pertama dihukumi haidl,12 hari tidak keluar darah dihukumi suci, dan 3
hari akhir dihukumi darah fasad (kotor).
Contoh
2:
Keluar
darah pertama selama 6 hari.
Berhenti
selama 9 hari.
Keluar
darah kedua selama 2 hari.
Maka 6
hari pertama dihukumi haidl, berhenti 9 hari dihukumi suci dan 2 hari dihukumi
darah kotor.
c. Bila masa
suci pemisah ditambah darah kedua melebihi 15 hari, maka sebagian darah kedua
dihukumi darah fasad (untuk menyempurnakan masa minimal suci pemisah). dan
sisanya dihukumi haidl yang kedua, bila memenuhi ketentuan haidl.
Contoh:
Keluar
darah pertama 5 hari.
Berhenti
selama 10 hari.
Keluar
darah kedua 10 hari.
Maka 5
hari awal dihukumi haidl, 10 hari ditambah 5 hari (sebagai darah kotor)
dihukumi masa suci, dan 5 hari akhir dihukumi haidl yang kedua.
Ketentuan
hukum ini apabila masa keluar darah kedua, setelah dikurangi untuk
menyempurnakan masa minimal suci, sisanya tidak lebih dari maksimal haidl (15
hari). Dan jika melebihi masa 15 hari, maka perempuan tersebut dihukumi
mustahadloh yang hukumnya disesuaikan dengan pembagian mustahadloh yang akan
datang.
Contoh:
Keluar
darah pertama 10 hari.
Berhenti
selama 10 hari.
Keluar
darah kedua selama 25 hari.
Maka, 10
yang pertama dihukumi haidl 10 hari saat tidak keluar darah ditambah 5 hari
saat keluar darah yang kedua (sebagai penyempurna 15 hari minimal suci yang
memisahkan antara dua haidl), dihukumi masa suci. Sedangkan satu hari setelah
itu dihukumi haidl yang kedua, dan sisanya dihukumi darah istihadloh.
Hal ini jika ia adalah seorang wanita yang
pertama kali mengeluarkan haidl dan darah yang dikeluarkan tidak bisa dibedakan
antara yang kuat dan yang lemah (mustahadloh mubtadiah ghoiru mumayyizah). Dan
jika ia sudah pernah mengalami haidl (mu'tadah ghoiru mumayyizah), maka haidl
dan sucinya disesuaikan kebiasaannya. Semisal kebiasaannya 5 hari, maka 10 hari
awal dihukumi haidl, 10 hari masa tidak keluar darah ditambah 5 hari saat
keluar darah yang kedua dihukumi masa suci. Sedangkan 5 hari setelah itu
dihukumi haidl yang kedua, mengikuti kebiasaannya. Dan sisanya dihukumi darah
istihadloh.
Sedangkan
seandainya terdapat kasus dimana wanita mengalami kebiasaan haid kurang dari 24
jam atau lebih dari 15 hari atau bahkan hal lain yang jelas-jelas keluar dari
konsep yang telah dirumuskan oleh penelitian peneletian ulama’ terdahulu maka
jelas tidak bisa dipakai pedoman untuk menggugat rumusan yang sudah ada
dikarenakan sudah sempurnya rumusan terdahulu dari pada segelumit kasus kecil
yang berbeda dengan kebiasaan.
BAB II
MELAHIRKAN
I. Masa Hamil
Minimal
masa hamil adalah enam bulan lebih sedikit (waktu bersetubuh dan melahirkan).
Masa itu terhitung mulai dari waktu yang mungkin digunakan suami istri
bersetubuh setelah akad nikah.
Sedangkan
pada umumnya, masa hamil adalah sembilan bulan. dan paling lamanya adalah empat
tahun.
Bulan
yang dibuat ukuran minimal, mumkin dan minimal masa hamil adalah 30 hari, tidak
memakai bulan penanggalan.
II. Aborsi
(Pengguguran Bayi)
Aborsi
yang di lakukan setelah usia kandungan 120 hari (setelah ditiupnya ruh),
hukumnya haram. Sedangkan aborsi sebelum kandungan berusia 120 hari, terjadi
perbedaan pendapat antara ulama’. Menurut Imam Ibnu Hajar (pendapat yang kuat)
hukumnya haram. Sedangkan menurut Imam Romli hukumnya tidak haram.
III. Penggunaan Alat
Kontrasepsi.
Menggunakan alat kontrasepsi, baik berupa
pil, obat suntik atau spiral hukumnya adalah sebagai berikut:
- Apabila penggunaan alat itu bisa
menyebabkan tidak bisa hamil selamanya, maka haram.
- Apabila penggunaan alat kontrasepsi
hanya untuk memperpanjang jarak kehamilan dan tidak ada udzur, maka
hukumnya makruh.
- Apabila penggunaan alat itu untuk
memperpanjang jarak kehamilan, dan dilatarbelakangi oleh adanya udzur,
seperti demi kemaslahatan merawat anak, khawatir terlantarnya anak dan
lain, maka hukumnya tidak makruh.
BAB III
NIFAS
I. Pengertian Nifas
Nifas
menurut bahasa adalah melahirkan, sedangkan menurut istilah syara' adalah darah
yang keluar melalui kelamin wanita setelah melahirkan atau belum melebihi 15
hari setelahnya, bila darah tidak langsung keluar.
Adapun darah yang keluar saat
melahirkan (jawa : nglarani manak) atau bersamaan dengan bayi, tidak
disebut darah nifas. dan hukumnya sebagai berikut:
a.
Bila bersambung dengan haidl sebelumnya,
maka disebut darah haidl.
Contoh:
wanita hamil mengeluarkan darah 3 hari, kemudian melahirkan dan darah terus
keluar sampai 20 hari setelah melahirkan. Maka, darah yang keluar selama 3 hari
dan saat melahirkan serta darah yang keluar bersamaan dengan bayi disebut darah
haidl. Sedangkan darah yang keluar setelah melahirkan selama 20 hari disebut
darah nifas.
b. Bila
bersambung dengan darah sebelumnya namun tidak mencapai aqollul haidl
(24 jam) atau tidak bersambung dengan darah sebelumnya maka disebut darah
istihadloh.
@ Contoh:
01. Wanita hamil mengeluarkan darah selama 20 jam, setelah itu melahirkan dan
darah terus keluar selama 20 hari. Maka, darah yang keluar selama 20 jam
dan darah yang keluar saat melahirkan serta yang bersamaan dengan bayi disebut
darah istihadloh. Kemudian darah yang keluar selama 20 hari disebut darah
nifas.
@ Contoh:
02. Wanita hamil mengeluarkan darah selama 5 hari, kemudian darah berhenti
selama 1 hari, kemudian melahirkan dan darah keluar selama 20 hari. Maka,
darah yang keluar 5 hari pertama disebut darah haidl, dan darah yang keluar
saat melahirkan dan yang keluar bersamaan dengan bayi disebut darah istihadloh.
Untuk darah yang keluar setelah melahirkan selama 20 hari disebut darah nifas.
Sedangkan 1 hari masa tidak keluar darah dihukumi suci yang memisahkan antara haidl
dengan nifas.
Darah
yang keluar setelah melahirkan dengan selang waktu 15 hari atau lebih, disebut
darah haidl bila memenuhi syarat haidl.
Contoh: wanita melahirkan tanggal 1,
kemudian tidak keluar darah sampai tanggal 17, lalu keluar darah selama 3 hari.
Maka, darah yang keluar selama 3 hari dihukumi darah haidl dan waktu
antara lahirnya bayi dan keluarnya darah (16 hari) dihukumi suci.
II. Ketentuan Darah
Nifas.
Minimal masa nifas adalah sebentar
walaupun sekejap. Masa maksimalnya 60 hari 60 malam, dan pada umumnya 40 hari
40 malam.
Maksimal masa nifas dihitung mulai dari
keluarnya seluruh anggota tubuh bayi dari rahim. Sedangkan yang dihukumi nifas
mulai dari keluarnya darah, dengan syarat darah keluar tidak melebihi 15 hari
dari kelahiran. Sehingga jika seorang ibu melahirkan pada tanggal 1, kemudian
tanggal 5 baru mengeluarkan darah, maka, masa maksimal nifas dihitung
mulai dari tanggal 1, dan dihukumi nifas mulai tanggal 5, waktu antara lahirnya
bayi dan keluarnya darah dihukumi suci.
Apabila seorang wanita setelah melahirkan
mengeluarkan darah secara terputus putus, maka hukumnya sebagai berikut:
a. Jika semua
darah yang keluar tidak lebih dari 60 hari 60 malam dari lahirnya bayi dan
Putusnya tidak lebih dari 15 hari 15 malam, maka semuanya dihukumi darah nifas.
Contoh:
seorang ibu setelah melahirkan anak, langsung mengeluarkan darah selama 5 hari.
Kemudian berhenti (tidak keluar darah) selama 10 hari, keluar lagi selama 10
hari, berhenti lagi selama 13 hari, keluar lagi selama 8 hari. Maka,
semuanya dihukumi nifas, dan di saat darah berhenti dia diwajibkan melaksanakan
sholat sebagaimana orang yang suci.
b. Jika darah
yang keluar tidak lebih dari 60 hari 60 malam dari lahirnya bayi dan putusnya
darah hingga 15 hari 15 malam atau lebih. Maka, darah sebelum masa putus
dihukumi nifas dan darah setelah masa putus dihukumi haidl bila memenuhi syarat
syaratnya haidl. Bila tidak memenuhinya maka dihukumi istihadloh. Sedangkan
masa Putusnya darah dihukumi suci yang memisah antara nifas dan haidl.
Contoh; seorang ibu setelah melahirkan
mengeluarkan darah selama 10 hari. Kemudian berhenti 16 hari, keluar lagi 5
hari. Maka, darah 10 hari disebut nifas, 5 hari haidl dan masa
berhentinya darah selama 16 hari disebut masa suci yang memisah antara nifas
dan haidl.
c. Jika darah
yang pertama masih dalam masa 60 hari dari lahirnya bayi dan darah kedua di
luar masa 60 hari dari lahirnya bayi, maka darah yang pertama disebut nifas dan
darah kedua disebut haidl, bila memenuhi ketentuannya. Sedangkan masa putusnya
darah dihukumi suci yang memisah antara nifas dan haidl.
Contoh; Seorang ibu setelah melahirkan, langsung
mengeluarkan darah selama 59 hari. Kemudian putus selama 2 hari, keluar lagi selama 5
hari, maka 59 hari dihukumi nifas dan 5 hari dihukumi haidl. Sedangkan masa
terputusnya darah selama 2 hari dihukumi suci yang memisah antara nifas dan haidl.
BAB IV
Hukum-hukum
Yang
Berkaitan
Dengan Haidl, Nifas Dan Junub
I. Larangan-larangan
bagi orang haid dan nifas
Bagi
wanita yang sedang haid atau nifas, atau sudah berhenti namun belum mandi
besar, maka dilarang melakukan hal-hal berikut;
1.
Haram melakukan
sholat baik fardlu ataupun sunah dan tidak wajib qodlo’, haram sujud syukur
atau tilawah.
2.
Haram melakukan
puasa baik fardlu atau sunah, tapi harus diqodlo’. Namun jika haid atau nifas
telah berhenti maka boleh melakukan puasa meskipun belum mandi besar.
3.
Membaca
al-Qur’an. Maksudnya melafalkanya dengan lisan yang sampai bisa didengar oleh
dirinya sendiri. Sehingga apabila dibaca di dalam hati, atau dibaca dengan niat
dzikir maka diperbolehkan.
4.
Haram menyentuh
al-Qur’an baik dengan tangan atau anggota lain, baik dengan penghalang atau
tidak sekiranya masih dianggap menyentuh.
5.
Haram membawa
al-Qur’an. Namun boleh membawanya dalam tas atau sejenisnya yang ada benda lain
dengan niat tidak membawa al-Qur’an saja. Dan boleh membawa al-Qur’an yang ada
tafsirnya, jika yakin jumlah tulisan tafsirnya lebih banyak dibanding jumlah
tulisan al-Qur’an.
6.
Haram lewat di
dalam masjid jika khawatir menetesnya darah. Dan jika tidak khawatir, maka
hukumnya makruh.
7.
Haram
diam/i’tikaf di dalam masjid.
8.
Thowaf fardlu
atau sunah.
9.
Haram jima’
(hubungan intim) sebelum mandi besar. Dan menurut Imam Ghozali, jima’ di waktu
haid atau setelah haid namun belum mandi akan dapat menyebabkan sakit lepra
pada pelaku atau anaknya. Namun bila benar-benar khawatir melakukan zina, boleh
jima’ meski darah belum mampet.
10.
Istimta’ (Jawa :
ngalap suko) pada anggota antara pusar dan lutut, karena akan
membangkitkan getaran syahwat untuk melakukan jima’.
11.
Haram
menjatuhkan talaq/cerai pada istri. Dan bila setelah darah berhenti boleh
menjatuhkan talaq meskipun belum mandi besar.
II. Larangan bagi orang junub (Keluar Mani,
Sehabis Hubungan Intim Dan Setelah Melahirkan)
Bagi orang junub sebelum mandi haram
melakukan lima hal sebagai berikut;
1. Haram sholat fardlu atau sunah.
2. Haram membaca aL-Qur’an kecuali di dalam hati atau diniati
dzikir.
3. Haram menyentuh al-Qur’an baik dengan tangan atau dengan
anggota lain serta membawanya tanpa disertai barang atau benda lain.
4. Haram thowaf fardlu atau sunah.
5. Haram diam di dalam masjid.
III.
Sholat yang harus diqodlo’
sebab datang dan berhentinya haidl/nifas.
Dalam istilah fiqh haidl dan nifas
termasuk mawani’ as-sholat (sesuatu yang mencegah dilakukannya sholat). Datang
dan hilangnya mawani’ as-sholat dapat mengakibatkan hutang sholat yang harus
diqodlo’. Dan ketentuannya sebagai berikut.
a. Jika mani’
datang setelah masuknya waktu yang cukup digunakan untuk melakukan sholat, maka
setelah suci dia wajib mengqodlo’ sholat yang belum sempat dikerjakan waktu
datangnya mani’. Dan tidak wajib mengqodlo’ sholat yang sudah di lakukan
sebelum datangnya mani’ serta sholat yang bisa dijama’ dengan sholat waktu
datangnya mani’.
@ Contoh; Darah haidl keluar jam 13.00
Wib. dan belum melakukan sholat zhuhur, maka setelah darah haidl berhenti wajib
mengqodlo’ sholat zhuhur saja, asarnya tidak.
@ Contoh; darah haidl keluar jam 16.00
Wib. dan belum melakukan sholat ashar, maka setelah suci wajib mengqodlo’
sholat ashar dan tidak wajib mengqodlo’ sholat zhuhur.
b. Jika mani’
hilang setelah masuknya waktu sampai batas minimal masih muat digunakan untuk takbirotul
ihrom (mengucapkan Allohu Akbar) maka dia harus melakukan sholatul
wakti, yakni sholat yang wajib dikerjakan ketika waktu hilangnya mani’.
Demikian juga sholat yang bisa dijama’ dengan sholatul wakti. melakukan
sholat tersebut dengan adaa’ atau qodlo’.
@ Contoh; Darah haidl berhenti pada jam
16.00 Wib. maka dia wajib melakukan sholat ashar dengan adaa’ serta
sholat zhuhur dengan qodlo’.
@ Contoh; Darah haidl berhenti pada
waktu ashar yang hanya cukup untuk mengucapkan Allohu Akbar maka dia
wajib melakukan sholat ashar dan zhuhur dengan qodlo’.
IV.
Puasa Yang Diqodlo’ Sebab Haidl
Dan Nifas
Bila haidl dan nifas terjadi pada bulan romadlon maka
semua puasa yang wajib ditinggalkan harus diqodlo’, termasuk puasa yang wajib
dilakukan saat darah berhenti, dan masih dihukumi haidl atau nifas. Hal ini
terjadi pada wanita yang haidl atau nifasnya terputus-putus.
Contoh; Awal romadlon keluar
darah haidl 2 hari, kemudian berhenti selama tiga hari dan saat itu ia
melakukan puasa, kemudian darah ternyata keluar lagi selama 5 hari. Setelah itu
suci sampai akhir romadlon. Maka puasa yang harus diqodlo’ adalah 10 hari dari
awal romadlon. Dikarenakan semua dihukumi haidl termasuk 3 hari yang tidak
keluar darah, sehingga puasa yang dilakukan dihukumi tidak sah.
BAB V
ISTIHADLOH
I.
Definisi istihadloh
Yaitu darah yang keluar dari vagina di
luar masa-masa haid dan nifas karena faktor sakit/tidak sehat.
II. Sifat dan warna darah
Sebelum membahas istihadloh yang perlu
diperhatikan adalah mengetahui kuat dan lemahnya darah. Kuat dan lemahnya darah
dipengaruhi oleh warna dan sifat darah sebagai mana berikut:
Warna Darah
1. Hitam
2. Merah
3. Merah kekuning-kuningan
4. Kuning
5. Keruh
Sifat darah
1. a. Kental
b.
Cair
2. a. Berbau busuk/anyir
b. Tidak berbau
Warna nomor 1 lebih kuat dari pada warna
nomor 2, Warna nomor 2
lebih kuat dari pada warna nomor 3 begitu seterusnya.
Dan penghitungan
dimulaikapan wanita melihat darah tersebut meskipun pada hakikatnya keluat
sebulumnya seperti ketika tidur.
حاشية الجمل - (2 / 360)
( فَرْعٌ ) الْمُبْتَدَأَةُ وَالْمُعْتَادَةُ
يَثْبُتُ لَهُمَا حُكْمُ الْحَائِضِ بِمُجَرَّدِ رُؤْيَةِ الدَّمِ فِي زَمَنِ
الْإِمْكَانِ وَلَوْ غَيْرَ زَمَنِ الْعَادَةِ ؛ لِأَنَّ الظَّاهِرَ أَنَّهُ
حَيْضٌ فَتَتَرَبَّصُ ، فَإِنْ انْقَطَعَ لِدُونِ أَقَلِّهِ فَلَا حَيْضَ
لِتَبَيُّنِ أَنَّهُ دَمُ فَسَادٍ ، وَإِنْ لَمْ يَنْقَطِعْ لِأَقَلِّهِ
تَرَبَّصَتْ وَإِنْ جَاوَزَ عَادَتَهَا مَثَلًا لِاحْتِمَالِ انْقِطَاعِهِ قَبْلَ
مُجَاوَزَةِ الْأَكْثَرِ ، وَإِنْ انْقَطَعَ فَعَلَتْ بَعْدَ كُلِّ انْقِطَاعٍ مَا
تَفْعَلُهُ الطَّاهِرُ مِنْ نَحْوِ صَلَاةٍ وَوَطْءٍ ؛ لِأَنَّ الظَّاهِرَ عَدَمُ
عَوْدَةٍ انْتَهَتْ .
III. Pembagian Mustahadloh
Wanita yang mengalami istihadloh terbagi menjadi
7 macam yaitu:
1.
Mubtadi’ah mumayyizah.
Yaitu, wanita yang baru pertama kali
mengalami haidl dan darah yang keluar melebihi maksimal haidl (15 hari 15 malam)
serta darah dapat dibedakan antara yang kuat dan yang lemah. Bagi mustahadloh
ini ketentuan hukumnya sebagai berikut;
@ Darah kuat dihukumi haidl.
@ Darah lemah dihukumi istihadloh.
Wanita semacam
ini disebut mumayyizah jika memenuhi tiga syarat;
a. Darah kuat tidak kurang dari 1 hari 1
malam (24 jam).
b. Darah kuat tidak melebihi 15 hari 15 malam.
c. Darah lemah tidak kurang dari 15 hari 15 malam dan keluar
secara terus menerus.
Syarat yang ketiga ini diberlakukan
ketika ada darah kuat yang sama dengan darah yang pertama. Kemudian bila ketiga
syarat di atas tidak terpenuhi maka dia termasuk kategori mubtadi’ah ghoiru
mumayyizah yang akan dijelaskan nanti.
Contoh 1; Seorang wanita yang
belum pernah haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
@ Darah kuat 5 hari.
@ Darah lemah 25 hari.
Maka 5 hari
dihukumi darah haidl dan 25 hari dihukumi istihadloh.
Contoh 2: Seorang wanita yang
belum pernah haidl mengeluarkan darah sebagai berikut:
@ Darah kuat 3 hari
@ Darah lemah 16 hari
@ Darah kuat 7 hari.
Maka darah kuat
pertama (3 hari) dan darah kuat kedua (7 hari) dihukumi haidl dan 16 hari darah
lemah dihukumi istihadloh.
Bagi mubtadi’ah mumayyizah dalam
melaksanakan mandi pada bulan pertama dia harus menanti setelah 15 hari dan
mengqodlo’ sholat yang ditinggalkan pada waktu mengeluarkan darah lemah. Sedangkan
pada bulan ke 2 dan
selanjutnya jika darah masih keluar, maka wajib mandi di saat ia telah melihat
perpindahan sifat dari darah kuat ke darah lemah dan wajib melakukan sholat dan
lain-lain.
حواشي الشرواني والعبادي - (1 / 399)
(وبمجرد رؤية الدم) أي مبتدأة كانت أو معتادة وعلى كل مميزة كانت أو غير
مميزة مغني ونهاية قوله: (فتقضي صلاة ذلك الزمن) وكذا الصوم فإن كانت صائمة بأننوت
قبل وجود الدم أو علمها به أو ظنت أنه دم فساد أو جهلت صح بخلاف ما لو نوت مع
العلم بالحكم لتلاعبها نهاية ومغني قوله: (وإلا الخ) عبارة المغني وإن انقطع ليوم
وليلة فأكثر ولدون أكثر من خمسة عشر يوما فالكل حيض ولو كان قويا وضعيفا وإن تقدم
الضعيف على القوي فإن جاوز الخمسة عشر ردت كل منهن أي من المبتدأة المميزة وغير
المميزة والمعتادة كذلك إلى مردها وقضت كل منهن صلاة وصوم ما زاد على مردها ثم في
الشهر الثاني وما بعده يتركن التربص ويصلين ويفعلن ما تفعله الطاهرات فيما زاد على
مردهن فإن شفين في دور قبل مجاوزة أكثر الحيض كان الجميع حيضا كما في الشهر الاول
فيعدن الغسل لتبين عدم صحته لوقوعه في الحيض اه
حاشية الجمل - (2 / 359)
فَمَنْ بَلَغَتْ هَذَا السِّنَّ
فَبِمُجَرَّدِ رُؤْيَتِهَا الدَّمَ يَجِبُ عَلَيْهَا أَنْ تَتْرُكَ مَا تَتْرُكُهُ
الْحَائِضُ حَمْلًا عَلَى الظَّاهِرِ مِنْ كَوْنِهِ حَيْضًا فَلَهَا حُكْمُ
الْحَائِضِ حَتَّى يَحْرُمَ طَلَاقُهَا حِينَئِذٍ ، فَإِنْ انْقَطَعَ لِدُونِ
يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ حَكَمْنَا عَلَيْهِ بِأَنَّهُ دَمُ فَسَادٍ فَتَقْضِي الصَّوْمَ
وَالصَّلَاةَ ، فَإِنْ كَانَتْ صَائِمَةً قَبْلَ وُجُودِ الدَّمِ أَوْ نَوَتْ
الصَّوْمَ بَعْدَ عِلْمِهَا بِهِ وَظَنَّتْ أَنَّهُ دَمُ فَسَادٍ أَوْ جَهِلَتْ
الْحَالَ صَحَّ أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهُ تَبَيَّنَ أَنَّهُ غَيْرُ حَيْضٍ
بِخِلَافِ مَا لَوْ نَوَتْ مَعَ الْعِلْمِ أَوْ لَمْ تَظُنَّهُ دَمَ فَسَادٍ
لِتَلَاعُبِهَا ا هـ ح ل .
وَمِثْلُهُ شَرْحُ م ر أَمَّا لَوْ
انْقَطَعَ لِيَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَأَكْثَرَ لَكِنْ لِدُونِ أَكْثَرَ مِنْ خَمْسَةَ
عَشَرَ يَوْمًا فَالْكُلُّ حَيْضٌ وَلَوْ كَانَ قَوِيًّا وَضَعِيفًا ، وَإِنْ
تَقَدَّمَ الضَّعِيفُ عَلَى الْقَوِيِّ ا هـ مِنْ الرَّوْضِ وَشَرْحِهِ .
وَعِبَارَةُ حَجّ وَبِمُجَرَّدِ رُؤْيَةِ
الدَّمِ لِزَمَنِ إمْكَانِ الْحَيْضِ يَجِبُ الْتِزَامُ أَحْكَامِهِ ثُمَّ إنْ
انْقَطَعَ قَبْلَ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بَانَ أَنْ لَا شَيْءَ فَتَقْضِي صَلَاةَ
ذَلِكَ الزَّمَنِ وَإِلَّا بَانَ أَنَّهُ حَيْضٌ وَكَذَا فِي الِانْقِطَاعِ بِأَنْ
كَانَتْ لَوْ أَدْخَلَتْ الْقُطْنَةَ خَرَجَتْ بَيْضَاءَ نَقِيَّةً فَيَلْزَمُهَا
حِينَئِذٍ الْتِزَامُ أَحْكَامِ الطُّهْرِ ثُمَّ إنْ عَادَ قَبْلَ خَمْسَةَ عَشَرَ
كَفَّتْ ، وَإِنْ انْقَطَعَ فَعَلَتْ وَهَكَذَا حَتَّى يَمْضِيَ خَمْسَةَ عَشَرَ
فَحِينَئِذٍ يُرَدُّ كُلٌّ إلَى مَرَدِّهَا الْآتِي انْتَهَتْ .
2. Mubtadi’ah Ghoiru Mumayyizah
Yaitu wanita yang baru pertama kali
mengalami haid dan darah yang keluar melebihi batas maksimal haidl serta dalam
satu warna atau lebih namun tidak memenuhi 3 syarat yang terdapat dalam
mubtadi’ah mumayyizah. Ketentuan hukumnya adalah sehari semalam awal dihukumi
haidl dan selebihnya dihukumi istihadloh untuk tiap bulannya. Hal ini kalau ia
ingat betul kapan mulai mengeluarkan darah. Apabila tidak ingat maka tergolong
mustahadloh mutahayyiroh.
Untuk bulan pertama mandinya harus menanti
15 hari dan mengqodlo’ sholat selama 14 hari. Untuk bulan kedua setelah sehari
semalam langsung mandi dan mengerjakan sholat.
Contoh; mengeluarkan darah selama 1 bulan. Semua sifatnya sama, maka yang
dihukumi haidl hanya 1 hari
1 malam yang pertama. Dan selebihnya
dihukumi istihadloh.
3. Mu’tadah Mumayyizah
Yaitu
wanita yang sudah pernah haidl dan suci. Kemudian ia mengeluarkan darah
melebihi batas maksimal haidl (15 hari 15 malam0. Serta darah yang keluar dapat
dibedakan antara yang kuat dan lemah dan memenuhi syarat-syarat, mubtadi’ah
mumayyizah.
Hukum
wanita jenis ini ialah persis sebagaimana mubtadiah mumayyizah. Yaitu darah
kuat dihukumi haidl dan darah lemah dihukumi istihadloh, begitu pula masalah
kewajiban mandinya.
Contoh;
mengeluarkan darah selama 27 hari, dengan perincian
Darah
kuat 12 hari
Darah
lemah 15 hari
Maka
dia mengalami haidl selama 12 hari dana 15 hari istihadloh.
Namun jika
antara darah kuat dan adat, terpisah oleh masa 15 hari (aqollu at-thuhri), maka
darah lemah yang jumlahnya sama dengan kebiasaan haidlnya, serta darah kuat
yang keluar setelahnya dihukumi istihadloh.
Contoh; wanita
yang kebiasaan haidlnya 3 hari, mengeluarkan darah selama 21 hari, dengan
perincian;
Darah
lemah 19 hari
Darah
kuat 2 hari
Maka
haidlnya adalah 3 hari pertama, sesuai adatnya, dan 2 hari terakhir. Karena 2
hari itu, keluar setelah darah lemah melewati masa aqollu at-thuhri (15 hari).
Sedangkan darah 16 hari di tengah-tengah dihukumi istihadloh.
4. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Dzakiroh Li ’Adaatiha Qodron Wa
Waqtan
Yaitu
wanita yang sudah pernah haidl dan suci. Kemudian ia mengeluarkan darah
melebihi batas maksimal haidl (15 hari 15 malam) dalam satu warna atau lebih
satu warn, akan tetapi tidak memenuhi 3 syarat mubtadi’ah mumayyizah. Dan ia
ingat kebiasaan lama dan mulai haidl yang pernah ia alami.
Sedangkan
ketentuan haidl dan sucinya disesuaikan dengan adatnya. Dan adat yang dijadikan
pedoman/ acuan, cukup satu kali haidl, tidak disyaratkan berulang-ulang jika
adat haidnya tidak berubah-ubah.
Contoh;
Bulan pertama haidl selama 5 hari mulai awal bulan dan suci selama 25 hari.
Kemudian mulai bulan kedua mengalami istihadloh beberapa bulan. Darah kuat dan
lemah tidak bisa dibedakan (dalam satu warna) atau lebih dari satu warna akan
tetapi tidak memenuhi 3 syarat mumayyizah, maka 5 hari pertama dihukumi haidl
(mengikuti adatnya), 25 hari dihukumi istihadloh. Begitu pula untuk bulan
berikutnya.
5.
Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Nasi’ah Li Adatiha
Yaitu
wanita yang sudah pernah haidl dan suci. Kemudian mengeluarkan darah melebihi
batas maksimal haidl (15 hari 15 malam). Serta antara darah lemah dan kuat
tidak bisa dibedakan (satu warna) atau bisa dibedakan (lebih dari satu warna)
akan tetapi tidak memenuhi 3 syarat mumayyizah dan dia lupa kebiasaan dan lama
haidl yang pernah dialami.
Mustahadloh
ini juga dikenal dengan mutahayyiroh/muhayyaroh muhayiroh. Maksudnya ia dalam
keadaan kebingungan. Sebab hari-hari yang ia lalui mungkin haidl dan mungkin
suci. Sehingga i9a dihukumi seperti orang haidl dalam masalah-masalah sebagai
berikut;
1.
Haram istimta’
(Jawa ; ngalap suko) dengan suaminya pada anggota di antara pusar dan
lutut.
2.
Membaca
al-Qur’an di luar sholat.
3.
Menyentuh
al-Qur’an.
4.
Membawa
al-Qur’an.
5.
Diam di dalam
masjid selain untuk ibadah yang tidak bisa dikerjakan di luar masjid.
6.
Lewat masjid
jika khawatir darahnya mengenai masjid.
Dan dihukumi
sebagaimana orang suci dalam masalah:
a.
Sholat fardlu
atau sunah.
b.
Thowaf fardlu
atau sunah.
c.
Puasa fardlu
atau sunah.
d.
I’tikaf.
e.
Talaq
f.
Mandi.
Bila
sama sekali tidak ingat waktu berhentinya haidl yang pernah ia alami, maka di
wajib mandi setiap akan melakukan ibadah fardlu yang menyaratkan harus suci
setelah masuknya waktu. Dan jika hanya ingat berhentinya saja maka dia wajib
mandi ketika itu saja dan untuk selanjutnya cukup wudlu.
6. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Dzakiroh Li Adatiha Qodron La
Waktan
Yaitu
wanita yang sudah pernah haidl dan suci. Kemudian ia mengeluarkan darah
melebihi batas maksimal haidl (15 hari 15 malam). Darah yang keluar tidak bisa
dipilah antara darah kuat dan darah lemah, atau bisa dipilah (lebih satu warna)
akan tetapi darah tersebut tidak memenuhi 3 syarat yang ada pada mubtadi’ah
mumayyizah, dan ia hanya ingat kebiasaan lama masa haidl akan tetapi ia lupa
akan mulainya.
Hukum penentuan darah wanita seperti ini adalah:
@ Hari yang ia yakini biasa haidl dihukumi haidl.
@ Yang ia yakini biasa suci, dihukumi istihadloh.
@ Dan hari-hari yang dimungkinkan suci dan mungkin haidl, ia
harus berhati-hati seperti mustahadloh mutahayyiroh.
Contoh:
Seorang wanita mengalami istihadloh (keluar darah lebih 15 hari). Sebelum
mengalaminya, ia ingat masa haidl selama 5 hari, dalam 10 hari pertama (awal
bulan) namun ia lupa kapan tanggal mulai haidlnya, yang ia ingat hanyalah pada
tanggal satu ia suci. Maka, tanggal 1 dihukumi yakin suci. Tanggal 2 sampai 5,
mungkin haidl mungkin suci. Tanggal 6 yakin haidl tanggal 7 sampai 10 mungkin
haidl mungkin suci dan mungkin mulai putus haidlnya. Tanggal 11 sampai akhir
bulan, yakin suci. Sedangkan hukumnya waktu yang yakin haidl, ia dihukumi
layaknya orang haidl (haram sholat, membaca al-Qur’an dan lain-lain).
Waktu
yang yakin suci dihukumi seperti layaknya orang suci (wajib sholat dan halal
bersetubuh dan lain-lain).
Sedangkan
waktu yang mungkin haidl dan suci dihukumi sebagaimana mutahayyiroh (wajib
berhati-hati seperti keterangan yang lalu). Kecuali masalah mandi, ia hanya
wajib mandi pada waktu yang mungkin mulai putusnya haidl (hari ke 7 sampai ke
10).
7. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Dzakiroh Li Adatiha Waktan La Qodron.
Yaitu
wanita yang sudah pernah haidl dan suci. Kemudian ia mengeluarkan darah
melebihi batas maksimal haidl (15 hari 15 malam). Serta antara darah lemah dan
kuat tidak bisa dibedakan (satu warna) atau bisa dibedakan (lebih satu warna)
akan tetapi tidak memenuhi 3 syarat mumayyizah. Dan ia hanya ingat kebiasaan
waktu mulainya haidl saja serta lupa waktu kebiasaan lamanya haidl sebelum
istihadloh.
Contoh;
Seorang wanita mengalami istihadloh (keluar darah lebih dari 15 hari). Sebelum
mengalaminya, ia ingat tanggal 1 mulai haidl, akan tetapi tidak ingat sampai
kapan haidl tersebut akan berhenti.
Maka,
tanggal 1 yakin haidl. Tanggal 2 sampai 15 mungkin haidl mungkin suci juga
mungkin mulai putusnya haidl. Tanggal 16 sampai akhir bulan yakin suci.
Sedangkan
hukumnya, masa yang yakin haidl dihukumi seperti layaknya orang yang haidl.
Masa yang yakin suci, dihukumi seperti layaknya orang yang suci. Dan masa yang
mungkin haidl mungkin suci dan mungkin putusnya haidl, ia dihukumi seperti
wanita mutahayyiroh, seperti keterangan yang telah lalu.
V. Keputihan Dan Cairan Yang Keluar Dari Vagina
Keputihan
adalah getah atau cairan yang keluar dari vagina, yang ditimbulkan oleh jamur.
Dalam ilmu Kedokteran disebut jamur candida. Kelembaban dan kehangatan
vagina, merupakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan dan berkembang
biaknya jamur. Getah atau cairan yang ditimbulkan keputihan berwarna putih,
kental, keruh dan kekuning-kuningan. Biasanya rasanya gatal, membuat vagina
meradang dan luka.
Penyebab timbulnya keputihan di
antaranya:
a. Menopause. Yaitu masa yang sudah tidak keluar haidl. sebab
dengan aktif keluar haidl, ada cairan yang selalu membasahi dinding vagina dan
mempertahankan vagina tetap segar dan sehat.
b. Pil penghambat atau penyubur kehamilan. Hal ini disebabkan,
pil tersebut mempunyai efek mengurangi ketahanan pelindung vagina dari infeksi
jamur.
c. Efek dari kontrasepsi dari rahim.
d. Stres.
e. Celana yang terbuat dari nilon.
f.
Celana ketat.
g. Sabun bubuk pembersih.
Cara pengobatan Keputihan di
antaranya:
a. Mendatangi dokter atau klinik khusus.
b. Ramuan-ramuan alami. Seperti merendam + 8 butir bawang
putih dalam air cuka selama dua hari sampai minyak bawang terurai. Kemudian
ambil satu sendok makan dan campur dengan + setengah liter air. Gunakan
dua hari sekali dalam satu minggu untuk pembersihan vagina.
Perlindungan Diri Dari Keputihan Di
antaranya:
a. Memelihara kesejukan daerah genital (sekitar vagina).
b. Menjaga kebersihan.
c. Mencuci pakaian dengan air mendidih tanpa sabun.
d.
Menjauhi
aktifitas secara berlebihan.
Apakah getah vagina termasuk darah
haidl?
Dalam
kitab fiqh dijelaskan bahwa: haidl adalah darah yang keluar dari urat (otot)
yang pintunya terdapat pada penghujung uterus (pangkal rahim) yang mempunyai
warna, sifat dan warna khusus. Sedangkan istihadloh adalah darah yang keluar
dari urat di bawah uterus (adna al-rohmi) di luar masa haidl.
Dengan
demikian getah vagina dan keputihan bukanlah darah haidl dan istihadloh, karena
keluar dari luar anggota tersebut, yang dalam istilah fiqh disebut ruthubah
al-farji (cairan farji) dan hukumnya sebagai berikut:
a. Bila keluar dari balik liang farji (anggota farji bagian
dalam yang tidak terjangkau penis saat bersenggama), maka hukumnya najis dan
menyebabkan batalnya wudlu.
b. Bila keluar dari liang farji (anggota farji yang tidak wajib
dibasuh ketika istinja’ dan masih terjangkau penis saat bersenggama), maka
hukumnya suci menurut sebagian ulama.
c. Bila keluar dari luar liang farji (anggota farji yang tampak
ketika jongkok), maka hukumnya suci.
Dengan
demikian, karena keputihan dan cairan yang keluar dari farji bukan darah haidl,
maka tidak mewajibkan mandi. Namun bila cairan tersebut dihukumi najis (keluar
dari dalam tubuh), maka harus disucikan saat mau wudlu dan sholat. Dan jika terus
menerus keluar, maka hukumnya seperti istihadloh dan tata cara bersuci serta
ibadahnya akan dijelaskan pada keterangan berikut.
V. Tata Cara Sholat, Bersuci Bagi Mustahadloh Dan Wanita Yang
Mengalami Keputihan Atau Keluar Cairan.
Hukumnya orang istihadloh tidak sama
dengan orang haid/nifas, sebab istihadloh adalah termasuk hadats kecil yang
terus menerus, sehingga dia tetap kewajiban sholat, puasa Ramadhan dan
lain-lain, tidak haram membaca aL-Qur’an, hubungan intim dengan suami dan
lain-lain.
Karena orang istihadloh atau beser
kencing/madzi terus-menerus mengeluarkan hadats kecil dan najis, maka jika
hendak sholat maka harus mengikuti aturan-aturan sebagai berikut:
1.
Terlebih dahulu
wajib membersihkan farjinya lalu disumbat dengan kapas atau kain sekiranya
tidak sakit sampai darah tidak keluar. Dan bila sedang puasa maka tidak boleh
menyumbat karena dapat membatalkan puasanya, namun cukup dibalut hingga darah,
madzi atau kencing tidak bisa keluar
2.
Kemudian wudlu
dengan niat agar diperbolehkan melaksanakan sholat dan tidak boleh niat untuk
menghilangkan hadats/najis. Sebab dia orang yang terus menerus najis dan
hadats.
3.
Segera
melaksanakan sholat. Hanya saja ia boleh menundanya karena untuk melakukan
hal-hal yang terkait dengan kemaslahatan sholat seperti menutup aurat, menjawab
adzan, menanti jamaah dan lain-lain.
Semua hal di atas, mulai dari kewajiban
membersihkan farji hingga sholat, wajib dilakukan dengan terus menerus dan
setelah masuknya waktu sholat. Jika salah satunya tidak terpenuhi maka harus
diulangi dari awal.
Tata cara di atas harus dilakukan setiap
akan melaksanakan sholat, sehingga satu rangkaian thoharoh tersebut tidak boleh
digunakan untuk dua sholat kecuali sholat sunah, maka boleh berulang-ulang.
PENUTUP
Demikian yang bisa kami tulis bila ada kesalahan dan
kekurangan mohon Koreksi adanya. Semoga bermanfaat dan kurang lebihnya mohon
maaf.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
0 komentar:
Posting Komentar